Es Jeruk

Masih ingat sekali, saat itu umur saya empat tahun. Kami sedang berada di Dili, tepatnya di desa Kaikoli, dekat pasar Mercado lama. Rumah nenek saya berada di sebuah gang yang mayoritas penduduknya berasal dari suku Bugis, jadi ya.. semacam semangat perantauan yang sama, lambat laun kami merasa seperti keluarga.
Sebagai anak-anak normal, sudah layaknya saya bermain bersama teman-teman (saya normal loh, serius!). Dan yang paling menyenangkan adalah JAJAN! Saya paling suka berlagak seperti ketua RT, mengunjungi para tetangga di pasar (orang-orang Bugis yang merantau ke Dili biasanya berprofesi sebagai pedagang). Dan jika berkunjung, dengan tampang sok imut, sebungkus cokelat Silverqueen sudah di tangan. Atau sekaleng Sunkist, atau sebungkus wafer Tango. Ah, bahagianya masa itu.
MySpace
Ada sesuatu yang tertinggal lekat di memori saya. Persis di depan salon mama (di Dili mama saya dipercaya oleh pemilik rumah untuk mengelola salonnya), seorang Mbak-mbak (saat itu saya belum familiar dengan orang Jawa) yang menjual es jeruk. Stand-nya sederhana saja, cuma yang sangat canggih pada jaman itu, adalah sebuah mesin pengerut es balok sehingga jatuh menjadi es serut di mangkok/gelas. Mesin yang terbuat dari besi yang di-las itu, itu memiliki roda di bagian samping, yang jika mau dioperasikan manual harus diputar menggunakan tangan.
Kayak gini! tapi lebih jadul dan berwarna hijau..
source : barangtempoedoeloe.blogspot
Suatu hari, tetangga mengajak saya untuk menemaninya membeli es jeruk. Oh senangnya! Setelah waktu dhuhur, kami pun pergi kesana. Kebetulan jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah. Waktu itu harga seplastik es jeruk Rp 300. Agak mahal rasanya. Sementara orang tua saya tidak membiasakan anak-anaknya untuk jajan sendiri. Ya sudahlah, saya menonton si mbak-mbak membuat es jeruk.
MySpace
Mulailah si mbak-mbak mengambil sebongkah es balok, menaruhnya di mesin, ditekan dengan bagian mesin, dan memutar roda samping sehingga es balok itu berputar dan terserut rapi. Saya melongo dengan mulut setengah terbuka seperti sedang menonton sirkus. Wow! Menakjubkan sekali pemandangan di depan saya.. Lalu si mbak-mbak membelah jeruk menjadi dua, memerasnya dengan alat yang juga baru saya lihat pertama kali dalam hidup, sebuah perasan jeruk! 

Hati saya berdebar-debar melihat air jeruk itu dicampur dengan es serut yang tahu-tahu sudah masuk ke dalam plastik bening, kemudian diberi sedotan dan diikat dengan karet.

Glek! saya menelan ludah, tapi es jeruk itu bukan untuk saya!!!
MySpace

0 comments:

Ran Jiecess

Twitter @Jiecess

About

a freelancer who think she isn't cool enough to be everything yet.