Berayun pada Bulan

Saat masih kecil, saya pernah membayangkan bagaimana rasanya berayun pada bulan. Ya, bermain ayunan dengan tali yang ditambatkan di bulan, bisakah anda membayangkan betapa panjangnya tali yang dibutuhkan?
selain itu, memang tidak mungkin.
Tapi saya tidak perduli. Setiap kali menatap bulan di langit, saya selalu mengandai-andai sebuah ayunan turun tepat di depan saya, dan saat saya berayun, saya dapat melihat seluruh bagian dari dunia ini.
Setiap kali berayun, saya bisa melihat pemandangan di tempat lain tentang kehidupan yang tak berujung.

Kepala saya dipenuhi mimpi-mimpi serta khayalan dimana saya menjadi seorang yang luar biasa. Melakukan hal-hal yang mengagumkan, hal yang tidak pernah dibayangkan orang lain sebelumnya. Saya tidak mau berpikir bahwa beberapa hal di dunia ini tak seindah yang diharapkan.

Kadangkala saya ingin masih seperti itu. Menjadi anak-anak yang polos dan optimis. Hari-hari dipenuhi kebahagiaan dan begitu cepatnya melupakan kekecewaan. Yang ingin kulakukan hari ini adalah bermain dan bermain.

Saat saya mulai beranjak dewasa, saya pun berpikir lagi. Seiring dunia yang menunjukkan realita dan harapan-harapan yang pupus. Sejenak saya merasa muak dan begitu muak, tapi saya kembali berpikir.

Masih ada yang bisa dilakukan. Dan hal kecil itu akan menjadi besar setelah melalui proses yang keras dan panjang. Membentuk jati diri tak membutuhkan waktu kurang dari setahun dua tahun. Tapi bertahun-tahun masalah demi masalah akan membentuk bagaimana karakter kita. Lingkungan, orang tua, saudara, teman-teman. Hal seperti itulah yang harus kita perhatikan sebagai bahan evaluasi diri kita sendiri.

0 comments:

Ran Jiecess

Twitter @Jiecess

About

a freelancer who think she isn't cool enough to be everything yet.