Kawan Lama

Berapa lama sebuah pertemanan bisa bertahan???
Tiga tahun?
Lima tahun?
Sebelas tahun???

Entahlah, mungkin hal ini tidak bisa disebut pertemanan 11 tahun, karena yang terjadi adalah kami pertama kali berteman pada tahun 1998 lalu, kemudian berpisah selama 10 tahun kemudian bertemu lagi pada 2009 lalu.

Bisakah dibayangkan bahwa 11 tahun merupakan waktu yang cukup lama untuk melihat drastis masing-masing perubahan dalam diri kami, baik dari segi fisik maupun sifat. Tentu saja banyak yang berubah, tapi toh kami masih bisa ngobrol seperti kawan lama. Hanya saling mengingatkan tentang beberapa kenangan masa kecil yang bodoh dan aneh. Hahahha…

Ya, baiklah. Tentu saja dia bukan salah satu yang paling spesial karena jika saya harus menulis cerita tentang teman-teman saya yang istimewa (yeah, all they are wonderful), Cuma sekiranya saya selalu ditodong tiga kali seminggu dalam jangka waktu 2 bulan nonstop,

Ran! Kapan lo nulis tentang gw???

(dalam kepala saya : “Ngotot bangeut nih orang yak!”)

Oke, oke.. saya sudah berjanji akan mempostkannya pada akhir Februari 2010. Bagaimana saya harus menyajikan konsep tentang seseorang yang saya dengar hampir setiap hari, banyak berceloteh, BAWEL, agak lemot, banyak maunya, sok tau, dan masih banyak lagi hal yang cukup menganggu jika mengingat statusnya dengan semua sifat itu : dia seorang cowok.

Ya,.. sudahlah, tidak masalah. Karena itulah dia, dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Masing-masing orang seperti itu, tapi kadang-kadang yang menyenangkan adalah saat dimana kami saling membanggakan diri kami, tidak mau mengakui kelebihan yang lain. Tapi saat kami mulai saling menyanjung, pada akhirnya merasa bahwa kami bukanlah siapa-siapa.

Beberapa masalah pribadi sering kami bicarakan, dan setidaknya yang bisa kami dapatkan adalah saling mendukung satu sama lain. Mungkin sedikit obrolan bisa membangkitkan kembali semangat, atau bahkan menjurus menuju pembicaraan yang serius..

Tidak jarang kami berargumen, dan tentu saja saya yang menang! Hahahaa…
Tapi tidak jarang saya harus mengaku salah.. yah, itu konsekuensi.. dan final word yang paling sering kami gunakan adalah :

Bodo ah. Mau-mau gw…
Atau,
Ah, menurut lu aja deh…

Tapi yang bisa saya pastikan adalah dia teman yang enak diajak ngobrol, ntah mungkin karena beberapa hal yang tidak dia ketahui sehingga saya bisa merasa lebih pintar, :) Hhaaaaaa… atau karena saya bisa memberikan julukan semau saya kepadanya (kalau dia sedang baik, akan menurut2 saja.. kecuali kalau dia saya panggil—“Heh, jelek!”

Tidak banyak yang bisa saya katakan, karena kami tidak pernah bertemu langsung. Siapa sangka dibalik kebaikannya, tersimpan niat jahat dan wajah buruk rupa XD hahaha… biarlah, saya pun tidak berharap bertemu dengannya karena suatu dan lain hal.

Ya begitu sajalah.. (yang penting dia puas membaca tulisan tentang dirinya di blog saya. JIAH!!!—“Dasar jelek!!!”)

0 comments:

Ran Jiecess

Twitter @Jiecess

About

a freelancer who think she isn't cool enough to be everything yet.