Saudaraku, siapa kamu?

Berapa saudara yang kamu miliki? Satu? Dua? Tiga? Lima? Tujuh? Sepuluh?
atau tidak ada sama sekali?

***

Saudaraku, siapa kamu?
Kita berasal dari rahim perempuan yang sama, darah yang sama, daging yang sama. Yang membedakanku denganmu hanya masalah waktu. Dan masih ada "orang lain" yang ikut dalam ikatan persaudaraan ini. Aku, kamu, dan mereka, itulah kita.

Saudaraku, siapa kamu?
Aku menggunakan baju bekasmu, nanti ada kalanya adik kita akan menggunakan barang bekasku pula. Kita semua makan dari satu piring, minum air dari satu sumber, dan hidup bersama dalam satu rumah bersama orang tua kita. Namun saudaraku, ada kalanya aku membenci kalian dengan alasan yang berbeda. Ada kalanya teman-temanku jauh lebih baik dari kalian semua. Ada kalanya aku tidak ingin membagi kesenangan, bahkan ada kalanya aku benar-benar berharap sendirian menikmati kasih sayang.

Tapi saudaraku, bukankah kamu teramat penting?
Kita tak sama dan takkan pernah sama. Ada kalanya aku tidak mengerti dan merasa asing. Namun perlahan aku semakin sadar, kepada siapa aku kembali selain orang tua kita? Dan siapa yang akan menemaniku merawat ayah dan ibu selain kalian? Siapa yang akan melindungiku saat mereka pergi? Siapa yang harus kulindungi saat mereka tiada? Dan siapa yang melindungi orang tua kita jika aku harus duluan?

Saudaraku, siapa kamu?
Setelah pernikahanmu, aku mulai paham. Jarak bukanlah meter atau hitungan depa. Jarak adalah sebuah bentangan ruang yang terhampar antara kita tepat setelah kau resmi membangun keluarga dengan orang lain. Dan jarak itu kasat mata, tak peduli seberapa lelah aku menarik dan mengulurnya, ia masih saja longgar.

Tapi tak mengapa, kita masih punya sesuatu yang disebut "darah".      

0 comments:

Ran Jiecess

Twitter @Jiecess

About

a freelancer who think she isn't cool enough to be everything yet.