Pentingnya Memasak

Sampai sekarang, saya masih belum ngerti kalau ada cewek yang ngaku, "Ga bisa masak..". Maaf-maaf aja, saya cengengesan sendiri dengernya. 

Gini loh maksudnya : Apa yang membuat seorang perempuan ga bisa masak? (Beda dengan ga mau masak ya) Apa karena ga tau bahan-bahannya? Atau yang paling bikin bola mata naik kalau ada yang ngomong, "Aku takut ga enak ntar masakannya."

MySpace

Mungkin cuman alasan. Ente bisa pelototin seabrek resep-resep di internet! Mulai dari rebus telor sampe bikin blackforest, mulai dari cuci beras sampai bikin kue tart 10 tingkat. Mulai dari bawang merah sesiung sampai bahan yang bikin lidah keriting ngucepnya.

Kalau ada cewek yang yang bisa masak, saya rasa jawabannya adalah karena dia males atau kemungkinan besar dia emang ga suka masak. Ini selain faktor teknis ga ada dapur buat memasak, ga punya cukup peralatan memasak, dan ga ada duit buat beli bahan-bahannya (saya sering masuk kategori yang terakhir).

capcay bikinan sendiri

Padahal ada banyak hal yang menyebabkan kenapa kita sebaiknya jago bisa memasak :

Bagi Perantau seperti saya, seringkali merindukan masakan rumah, atau masakan daerah sendiri. Jauh dari kampung, tentu aja membuat homesick, yang salah satunya bisa diobati dengan makan. Untung-untung kalau orang Padang, ya namanya restoran Padang ada dimana-mana. Makanan ditumpuk-tumpuk aja udah disebut masakan Padang. Lah, kalau Bugis? Dan ceritanya orang Bugis yang merantau ke Sunda.

180 derajat, tong!

Makanan khas orang Sunda (No Sara) umumnya kering, ya berupa gorengan dan rasanya agak manis : Ayam goreng, tempe/tahu goreng, lalapan, pepes ikan, atau yang berbahan dasar bumbu kacang : siomay, batagor, lotek, dll dan tepung tapioka/aci : cireng, cilok, cimol, dkk. Yang berkuah paling banter sayur asem.

Kalau makanan khas Bugis/Makassar umumnya daging/seafood/sagu/jagung berkuah, panas dan pedes : Coto Makassar, Konro, Pallu Butung, Sop Sodara, Kapurung, Barobbo, dkk, atau berbahan dasar asam dan garam : ikan goreng, ayam goreng, dkk.

Ada hal aneh ketika saya pertama kali tahu kalau di Sunda gak kenal namanya makan Singkong + sambel. Atau bagi mereka saya gila ketika ngomong, "Di Makassar kami makan pisang goreng + sambel. Jagung rebus + sambel. Makan salak + sambel, bahkan makan jeruk + sambel."

Itulah yang namanya lain tempat lain adat. Tapi kadang penyakit saya kambuh : Pengen makan makanan Bugis/Makassar. Tapi kesimpulan saya satu, "Makanan Makassar yang saya makan diluar Makassar tidak akan seenak jika saya makan di Makassar sendiri."

Saya sudah pernah memasak Coto di Bandung, tidak seenak Coto Makassar yang asli. Saya juga sering memasak Mie Titi di Bandung, juga tidak seenak Mie Titi yang asli. Bahkan suatu ketika, saat saya kembali dari Makassar ke Bandung, saya membawa sekotak tupperware Rontoq (Udang yang difermentasi dengan campuran garam dan cabe sehingga berair, agak bau, dan rasanya asam), saya simpan di kulkas, karena Rontoq ini paling nikmat dimakan dengan mangga muda *ileran atau dengan lauk-pauk jika makan nasi.

Tapi seminggu lebih saya malah tidak menyentuh Rontoq itu. Khayalan saya tentang lezatnya Rontoq tidak pernah muncul sejak terbang meninggalkan Makassar. Pernah saya makan sekali, tapi tidak sesuai harapan. Jadilah Rontoq itu semakin bau dan berbasi. Sejak insiden itu, saya hampir tidak pernah lagi berkeinginan membawa bahan makanan dari Makassar ke Bandung, kecuali kunyit kering dan asam yang sudah dijemur (karena asam lumayan susah didapat di pasar sini).

***

Selain itu (tulisan ini bakalan panjang kayaknya), dengan bisa memasak, kita bisa tahu, makanan apa yang kita makan. Lidah akan terlatih mengenali bahan makanan. Jadi kita juga tahu, sehatkah makanan yang kita konsumsi? Misalnya orang yang ga tau masak, otomatis nunggu dimasakin, atau jajan diluar. Nah, jajan diluar itu kan ga selamanya higienis. Atau yang sudah sering tahu, banyak oknum bandel yang mencampur makanan dengan zat ini itu. Minimal dengan bumbu penyedap yang takarannya ga kira-kira. 

Ya jelas makanan diluar rumah itu enak. Sederhananya aja Bakso. Di kuah bakso ditambahin penyedap, di baksonya sendiri ada juga penyedap, ketika dituangin ke mangkok, tambah lagi penyedap. Sadaaaaaaaaap..

MySpace

Gak takut, apa? Belum lagi bahan-bahan yang melenceng dari perhatian kita, misalnya daging celeng, daging tikus, bahkan daging kucing. Dengan memasak sendiri, kita tentu gak main-main dengan bahan seperti itu, pasti pengennya makan yang sehat tapi enak.

***

Kata Mama saya, "Memasak itu dimulai dengan makanan favorit kita." Jadi cari dulu, makanan favorit kita apa, sambel terasi kek, cah kangkung kek, apa kek.. Jadi kita ga terbebani masaknya. Itu slogan yang saya pegang sampai bisa memasak seperti sekarang ini.

MySpace

Jadi sering bete kalau ada yang menyangsikan, "Emang lo bisa masak?". Jiaelah, kaga tau mereka. Tampang boleh preman, tapi soal masak jangan sekali-kali meragukan,.. meragukan kalo saya masaknya standar aja maksudnya.

Masak sekedar masak mah,.. bisa lah dirating tiga bintang (dari skala 1-10, trus Chef Farah Quinn di skala 8). Tapi masak makanan yang saya suka aja, kalau makanan yang ga suka, ga saya masak.

Well, bagi cewek-cewek, mulailah berinisiatif untuk memasak. Ada bocoran dari seseorang, "Nanti setelah bersuami, jaga ia mulai dari perutnya. Suami yang ga doyan makanan rumah, bakalan sering jajan diluar."

hehehe.. SEMANGAT!

PS : Jangan makan dan minum berdiri! Dan jangan lupa berdoa sebelum dan sehabis makan ya..

3 comments:

F I T T said...

eaaa, udah siap nikah sepertinya kak :)tapi memang iya kak penting bisa masak, masakan di luar banyak micinnya, bikin bego #eh

Nany said...

kalau pintar masak tapi malas bersih-bersih apa solusinya.....

Unknown said...

@Fitt : Hahaha, memangnya kalo sudah bisa masak artinya siap nikah dek? tapi betul loh, kemarin liat investigasi mie ayam : borax + ayam celeng + minyak babi.. Pantas tawwa enak ki.. ckckck

@Nany : Punya pembokat K Nany :D itu solusinya..

Ran Jiecess

Twitter @Jiecess

About

a freelancer who think she isn't cool enough to be everything yet.