Duh, udah lama gw ga nulis, walau banyak banget yang mau gw utarain. Ya, progressnya gw sedang berubah status jadi "anak magang" di Spacesym, Jakarta. Dua hari setelah gw masuk, gw diajak "mudik" ke Bandung,.. Lah? Kok bisa?
Bisa dong.
Senior-senior gw kebetulan cuti, dan disusunlah jadwal jalan-jalan ke Bandung. Tiga tahun tinggal di Bandung, gw termasuk mahasiswa kupu-kupu, alias kuliah-pulang-kuliah-pulang. Walhasil, ga tau banyak tempat, gaulnya cuma sekitaran Riau, dan ikut liburan ke Bandung ini memberikan pengalaman baru - sangat banyak buat gw.
Senin jalan-jalan ke Trans Studio yang baru saja launching beberapa hari sebelumnya. Bertepatan dengan jadwal liburan anak sekolahan, wahana indoor yang berlokasi di Bandung SuperMall (BSM) ini padat pengunjung. Antrian membludak, bagaikan tempat pembagian sembako bagi warga miskin pada perayaan Idul Adha.
Begitulah orang Indonesia. Bela-belain banget. Bahkan gw ga heran kalau ada yang nginep disitu demi mendapatkan posisi pertama antrian yang dibuka sekitar jam 9 pagi. Pemandangan jelek mulai tampak, orang-orang duduk di lantai karena : sama sekali ga disediain kursi! Wah, fatal banget menurut gw. Apakah pihak TS sengaja mengabaikan hal ini, karena dihitungnya orang-orang ga ada masalah ngantri berjam-jam di depan loket? Dengan asumsi orang-orang yang membutuhkan TS, bukan sebaliknya. Bagaimana dengan keluarga yang menunggu? Gw rasa lebih cocok membawa tikar dan kotak piknik, sehingga bisa digelar di depan antrian sambil nunggu giliran.
Setelah hampir sejam, kami bisa masuk ke TS dan WOW! Membludak! Bagi yang ga suka keramaian (termasuk saya) sebaiknya tunggu hingga setengah tahun ke depan dan datanglah pada saat jam kerja, sehingga ga perlu terkaget-kaget dengan populasi manusia di dalamnya. Kami mulai milah-milah wahana apa aja yang kira-kira seru buat dijelajahi (tanpa harus gila-gilaan ngantri) karena pada kenyataannya udah liat barisan ratusan orang udah lemes duluan. Jadilah kami mengantri di depan wahana Sky Pirates, dan belakangan baru disesali : karena antrian yang hampir dua jam (BERDIRI) dan masih banyak saja yang nerobos, utamanya kaum ibu-ibu dan anak-anak (saya kalah deh) yang pada umumnya berasal dari luar Bandung - sekitaran Jakarta bahkan Surabaya menurut perkiraan gw.
Bayangin lah, dua jam ngantri. Yang baru masuk antrian masih bisa senyum, ntar di tengah-tengah antrian udah manyun. Wuuih, saya ga nyangka bisa berdiri selama itu untuk wahana yang beroperasi hanya sekitaran sepuluh menit, duduk manis di atas gondola yang mengitari studio, dan selesai...
Gw pikir masalah utama TS adalah (lagi-lagi) tempat duduk. Bahkan setelah turun dari wahana (sebagai catatan Food Courtnya udah sesak), yang ga kebagian tempat harus berdiri. Ya, ga usah nunggu orang sih, tapi seenggaknya TS menyediakan tempat duduk umum, apa kek, bangku panjang, supaya yang capek bisa duduk dulu ngumpulin nafas. Kursinya ada sih, tapi ditempatkan hanya di depan panggung pertunjukan aja. Sementara sepanjang jalan menuju wahana sama sekali ga ada. Silahkan lesehan..
Ada juga yang menganggu saya : studio ini komersil sekali. Ya, disinilah salah satu tempat dimana kita bisa ngeliat keadilan bisa dibeli dengan duit (yaiyalah-secara). Buat pengunjung yang "mampu", disediakan jalur VIP dengan menambah sekitar 200rb-an dari kocek per kepala. Udah lama ngantri, desak-desakan, maka lewatlah orang-orang disamping kita, mereka yang diistimewakan, tanpa harus ngantri bisa langsung masuk. Rasanya miris banget kalo ga punya duit. Hahahaha..
2 comments:
Ran, sdh mko dtg yg d trans studio mksr nd?
hahaha, sedikit lebih byk ji bangku2 tamanx. hahaha~
mslhx kbanyakan wahana lbh cck bwt ank2.
Belum pi ces, tidak tertarik ka, kecuali dibayarkan, hahaha...
wahana kayak gitu emang wahana keluarga sih, buat kita mungkin lebih cocok ke Bali :D
Post a Comment