Rosetta 1999


Rosetta - nama yang indah. Mendengarnya mungkin kita terbayang seorang gadis kemayu, berambut panjang, tangan yang lentik bagai aktris telenovela yang berlarian di padang bunga. Tapi setelah melihat Rosetta yang satu ini, imajinasi anda akan buyar seketika.

Rosetta (Emilie Dequenne) adalah seorang gadis 17 tahun yang hidup bersama ibunya yang alkoholik di karavan. Namun dari awal cerita, Rosetta sudah digambarkan sebagai gadis muda yang dewasa. Ia baru saja dipecat dari pekerjaannya karena periode kerjanya berakhir. Lalu ia pulang ke rumah yang berjarak cukup jauh dari kota dan terletak di belakang hutan kecil.

Berawal dari membeli waffle, mengantarkannya berteman dengan si penjual waffle - Riquet, dan Rosetta pun mendapat pekerjaan di dapur waffle yang berselang hanya tiga hari karena si bos rupanya memilih mempekerjakan anaknya. Rosetta diminta bersabar dalam tenggat waktu yang tidak ditentukan. Berbekal tiga pasang baju yang digunakan bergantian, Rosetta setiap hari datang memastikan apakah ia sudah bisa bekerja. Selain itu ia hidup seperti orang hilang kesana-kemari mencari pekerjaan lain. 

Melihat beban hidup gadis ini, alis anda mungkin naik sebelah karena ia tidak pernah mengeluh sedikit pun, kecuali karena sakit perut akut yang dideritanya datang mendadak. Hidup tanpa ayah, sang ibu lalu kabur karena Rosetta berusaha sekeras mungkin agar ia berhenti menenggak alkohol dan rela berhubungan dengan siapapun agar diberi minuman keras. Namun sekeras apapun tantangannya, Rosetta pantang mengemis dan mencuri. Namun hidup telah membuat Rosetta kehilangan emosi dan perasaan. Seringkali ia bersikap tempramental jika tidak lagi dipekerjakan. Memukul mantan bosnya dan berteriak sebelum akhirnya ia kembali bersikap dingin seperti biasa. Rosetta bahkan rela membocorkan rahasia Riquet yang telah banyak membantunya, demi sebuah pekerjaan - kepada si bos hingga akhirnya dipecat dan ia pun mengambil alih pekerjaan tersebut. Setelah itu Riquet pun sangat membenci Rosetta.




Banyak pelajaran dari film Prancis-Belgia yang memenangkan Palme d`Or dan kategori aktris terbaik dalam Cannes Film Festival 1999 ini. Minim dialog, kita bisa mencoba memahami posisi Rosetta yang tidak melihat adanya pilihan selain bertahan hidup tanpa teman dan keluarga. Bahkan ia merangkap sebagai pelindung sang ibu yang sudah kehilangan peran, sekaligus tulang punggung agar mereka masih bisa makan esok hari. Ia hanya menginginkan hidup normal seperti orang lain. Tapi rupanya takdir berkata sebaliknya.


0 comments:

Ran Jiecess

Twitter @Jiecess

About

a freelancer who think she isn't cool enough to be everything yet.