Ketika Tanganku Berbicara

Berikut adalah curahan tangan saya (karena tangan ga punya hati) yang mungkin bisa memberikan gambaran bahwasanya masing-masing anggota badan kita ternyata menyimpan keluh kesahnya sendiri dan hanya bisa diungkapkan serta dimengerti oleh orang-orang dengan keahlian khusus (baca : gila) :

"Baik. Aku telah diberi izin untuk melanjutkan cerita ini. Sebelumnya aku hanya mengharapkan pengertian dan ucapan terima kasih karena aku telah menemanimu selama ini tanpa pamrih. Aku tak bisa berbicara, jadi inilah yang kulakukan agar kau mengetahui rasanya menjadi SEBUAH TANGAN!


Aku, tanganmu, telah terbentuk sejak kau masih berusia tiga bulan dalam kandungan ibumu. Aku yang membantumu merasakan respon dunia luar karena pada saat itu hingga dua tahun setelahnya, kau masih tidak tahu apa-apa tentang dunia ini. Aku membantumu makan, aku membantumu meraih benda-benda pertamamu, dan aku pula yang membantu menulis kata pertamamu diatas kertas.

Saat kau mulai kanak-kanak, aku harus terbiasa dengan kotoran. Tanah, pasir, batu-batu kasar, air selokan, debu, dan lainnya. Kau tak peduli jika permukaanku mengeriput jika kau terlalu lama bermain air. Atau secara tak sengaja kau membuatku terluka dengan keingintahuanmu tentang benda-benda tajam. Aku pula yang kau ajari memukul, mencubit, mencakar, dan meninju seseorang jika kau tak menyukai mereka.

Tapi kuingat juga ketika kau menyuruhku merasakan indahnya setangkai bunga. Menyentuh permukaan daun-daun yang dibasahi embun. Menggengam erat tangan ibumu, bahkan aku tergeli-geli ketika tangan ayahmu menyentuhkanku ke kumisnya yang kasar. Kala itu mereka masih begitu muda. Aku tahu karena setiap kali aku menyentuh orang tuamu, aku merasakan segalanya. Ketenangan, keamanan, kehangatan. Aku begitu merindukan saat-saat itu.


Waktu beranjak hingga kau mulai mengenal yang namanya cinta pertama. Akulah yang tahu betul perasaanmu kala itu. Tentu saja, aku kau pakai kapan pun untuk menuliskan hal-hal yang kau sukai dan kau benci. Hal yang kau benci? Aku masih ingat benar, kau pernah menulis bahwa kau sangat membenci orang tuamu karena kau pikir mereka tak mengerti. Mereka tak pernah mengerti. Seandainya aku bisa bertanya, aku akan bertanya : Kenapa?

Tapi aku hanyalah sebuah tangan yang diam. Aku penurut, bahkan untuk hal-hal yang tidak sebenarnya tidak ingin kulakukan. Bahkan untuk kemalasanmu dulu, aku harus merasakan perih karena dipukul penggaris oleh gurumu karena tidak mengerjakan peer, dicubit ibumu karena kau nakal, dan sebab lainnya. Dan pada ujungnya aku akan membantu menyeka air matamu saat kau menangis.

Aku ingat semuanya. Bagaimana denganmu, masih ingatkah kau?

Bagaimana dengan uang ibu yang kadang kau ambil diam-diam? Bagaimana dengan makanan yang kau rebut dari adikmu sebelum kau pakai aku memukulnya karena kau benci padanya? Aku tahu kenakalanmu - sama seperti anak-anak lainnya. Kalian punya rahasia masing-masing. Tapi aku tak mau diam sekarang. Biarkan aku membantumu mengingatnya, kawan.

Kau sembunyikan aku di saku jika kau sedang berbohong. Atau di belakang punggung jika kau kedapatan sedang bersalah. 

Tapi aku akan selalu tahu. Seperti aku tahu rasanya kau menyentuh pipi seorang bayi kecil yang lucu, mengingatkanmu pada masa kecilmu. Bagaimana? Bukankah kehidupan seorang manusia sangat mengagumkan? Mungkin kita belum melalui semuanya, tapi aku akan selalu setia jika Tuhan masih menginginkanku menemanimu. Jika aku bisa, hingga sebuah cincin pernikahan melingkar di jari-jari ini, hingga saat ketika kau bisa menyentuh bayimu sendiri. Menyentuh tangannya yang masih begitu kecil dan rapuh. Aku akan memberitahu tangannya bahwa kita berdua sangat bahagia.


Mungkin sampai hari itu, ketika putus hubunganmu dengan dunia. Hingga sesaat aku akan mati rasa menjadi sebuah tangan yang kaku. Ketika aku harus bersaksi membeberkan segala detail kebaikan dan kejahatanmu menggunakanku selama hidup. Aku tidak akan berbohong. Tidak sekali pun.

Aku hanya bisa membantumu setelah kau memutuskan ingin jadi baik atau jahat.

...

Inilah aku, teman seumur hidupmu.
Hargailah aku karena aku bukan milikmu, aku hanya sebuah pinjaman.  

Hanya sebuah tangan."



2 comments:

asuransioke said...

salam sahabat, sudah di post gan artikelnya , kren dan mantap, silakan di lihat2 ya Gan, tks kirimannya

Unknown said...

Makasih Gan, nanti saya kirim lagi ^^ Makasih banyak udah diposting. Semoga bermanfaat.

Ran Jiecess

Twitter @Jiecess

About

a freelancer who think she isn't cool enough to be everything yet.