Keluarga Telenovela (2008)

(Kisah ini 100% fiktif, dan dibuat tanpa sadar dan akal oleh penulisnya, kira-kira setahun yang lalu) 

Alkisah, dikisah dan terkisahkan, di sebuah kampung kecil yang jauh dari peradaban, dan terletak di samping sebuah kanal yang butek, jorok, dekil dan kehitam-hitaman airnya, hiduplah sebuah keluarga imigran yang berasal dari pedalaman Meksiko. Walaupun di daerah asalnya mereka hanyalah keluarga peternak Llama yang miskin, akan tetapi, berkat keberuntungan semata—saat mereka memutuskan pindah ke Negara yang lebih miskin lagi, Indonesia pusaka abadi nan jaya ini, nasib baik rupanya berpihak pada mereka.
Sang pemimpin keluarga bernama Tuan Gustavo Fransisco Luciano el Salvador, dan istrinya bernama Barbara Mereguez St. Benitez—memiliki seorang anak lelaki yang dinamai Alfredo Fabio Rafaelo karena wajahnya yang setampan Fernando Colungga dan giginya yang seantik kombinasi dua pemain bola kelas dunia, Ronaldo dan Ronaldinho.
Keluarga ini juga mempekerjakan keluarga pembokat pribumi dan prikemanusiaan yang lulus uji berbasis sertifikasi internasional di bidang tenaga kerja kasar. Yah, dipikir-pikir ketimbang mereka susah jadi TKI di luar negeri sana, mendingan jadi tenaga kerja di Negara sendiri. Lebih mudah, dan gampang mudiknya.

Pada suatu hari…
Tuan Gustavo : (jengah) “Barbara! Dimana Alfredo?! Kenapa ia tidak sarapan bersama kita pagi ini?
Barbara : “Kupikir ia belum bangun, Gustavo sayang.”
Tuan Gustavo : “Belum bangun?! Dia belum bangun?! Mau jadi apa dia?! Jika ia terus bertingkah seperti itu, tidak akan ada pencari bakat sinetron yang akan meliriknya..”
Barbara : “Sabarlah Gustavo.. anak itu masih lelah. Ia baru pulang jam tiga dini hari tadi. Mengertilah, kumohon.. darah muda.”
Tuan Gustavo : “AAAPPPAAH?!! Apa yang kau maksud dengan darah muda, Barbara? waktu aku seumur dia, aku bahkan sudah tahu cara membantu seekor Llama dalam persalinan!”
Barbara : “Sudahlah, sayang.. jangan marah-marah terus. Akan kupastikan ia segera bangun..” (dengan lembut, lalu tiba-tiba berteriak keras) “Ngatimin!!!!!!”
Ngatimin : (datang dengan tergesa-gesa) “Iya,.. iya Nyah.”
Barbara : “Bangunkan Alfredo!”
Ngatimin : “Iii,.. iya Nyah.” (lalu terdiam) “Sekarang Nyah?”
Barbara : “Tidak, bodoh. Tahun depan!”
Ngatimin : “Oh,.. saya kira sekarang Nyah.. ya udah, saya cupir dulu yah.” (hampir pergi saat kupingnya ditarik Barbara)
Barbara : (berteriak kencang di telinga Ngatimin) “SSSEEKKAARAANGG OOOONN!!!”
Ngatimin : “Ooh!!! Baik, baik Nyah!”

Tak lama kemudian,
Alfredo : (dengan wajah kusut, lalu duduk didepan ayahnya) “Ada apa, Papah?”
Tuan Gustavo : “Alfredo,.. (mendehem) Papa ingin membicarakan pertunanganmu dengan Albertina.”
Barbara : “Gustavo,.. apakah,..”
Tuan Gustavo : “Tidak, Barbara.” (mengisyaratkan Barbara untuk diam)
Alfredo : “Aku tidak mencintai Albertina, Papah..”
Tuan Gustavo : “Ia gadis yang cantik dan kaya, Alfredo..”


Tamat





Sebenarnya bukan tamat, tapi berhubung yang nulis tersentak mendadak seakan ada roh yang baru saja menguasai dirinya, cerita ini pun berakhir tanpa ending yang jelas. Mungkin di antara kalian ada yang berminat melanjutkan, tolong..

INI ADALAH AMANAT!!!

BUAHAHAHAAAA..

0 comments:

Ran Jiecess

Twitter @Jiecess

About

a freelancer who think she isn't cool enough to be everything yet.