kita tidak pernah tahu kapan hidup kita akan berakhir.
setiap detik, Tuhan berbelas kasih memberikan kita kesempatan untuk "masih" bernafas, berjalan, melihat, berpikir,..
Berpikir.
Tapi kita tidak tahu apa sebenarnya apa yang sedang kita pikirkan-mungkin lebih tepat, kita tidak menggunakan akal kita dengan fungsi yang semestinya.
Seandainya Tuhan mau,
jangankan besok, pada menit, bahkan detik selanjutnya kita bisa saja merenggang nyawa.
Seandainya Tuhan mau,
jangankan tua, kapan pun Tuhan bisa mengambil orang-orang yang kita cintai tanpa kita sempat menyapa mereka, bahkan untuk terakhir kalinya.
Kapan pun Tuhan mau, apa yang kita miliki saat ini diambilnya-karena memang Ia lah Tuan dari segala sesuatu di jagad raya ini.
Seandainya kita berpikir,
Untuk apa kita mempertahankan sesuatu yang tidak abadi? akankah kita sudah siap untuk menjalani kehidupan yang sejatinya abadi di akhirat sana?
sayangnya kita tidak berpikir selayaknya manusia yang benar-benar menggunakan akal mereka.
Kita semua adalah miliki Tuhan. Tuhan memiliki hak kepemilikan atas diri kita. Ia melakukan apa yang Ia kehendaki.
Bisa saja besok, ketika saya akan pergi kuliah, saya tiba-tiba kecelakaan di jalanan, entah ditabrak atau apa,..
Bisa saja saya tewas ditempat, bisa saja saya koma dulu, bisa saja saya cacat seumur hidup-
Imposibble is Nothing.
segalanya bisa saja terjadi tanpa kita tahu sebelumnya. karena ada Dzat Yang Maha Mengatur. Dia yang mengatur sedemikian rupa sehingga saya, kamu, kita, kalian, mereka,
berada disini.
Saya pribadi, entah selama ini sadar atau tidak. Rasanya tidak.
Saya mengagumi ciptaan Tuhan dalam bentuk wadah yang saya tempati ini.
Betapa saya beruntung tidak menempati dan ditempatkan dalam wadah yang cacat. entah itu cacat fisik atau cacat yang lain.
Tidak pernah bermaksud rasis, tapi saya selalu berpikir, betapa tidak bersyukurnya saya atas apa yang saya peroleh.
Banyak sekali orang di dunia ini yang memiliki keterbatasan. Keterbatasan yang jauh lebih banyak daripada yang saya miliki saat ini.
Tapi mereka dapat melakukan hal-hal yang luar biasa, yang mestinya dapat saya lakukan "Lebih" baik daripada mereka.
faktanya, saya terperangkap dalam urusan duniawi.
Saya seorang pemalas, tapi harus menjadi lebih rajin.
Sebenarnya yang jadi persoalan sekarang adalah__
saya tidak punya persiapan sama sekali dalam penantian akhir waktu.
Ketika saya berhadapan dengan Tuhan, saya memikirkan dunia dan isinya.
sangat sulit bagi saya untuk memfokuskan apa yang harus saya lakukan di hadapan Maha dari segala Maha.
Maharani bukanlah apa-apa dari "Maha" itu.
Maharani hanyalah seorang gadis yang belajar untuk dewasa dan belajar memahami, mencari jawaban atas hal-hal yang membuatnya bingung dan tidak yakin.
Maharani berusaha untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari.
Maharani seringkali melakukan kesalahan, namun selalu berharap Tuhan mau mengampuni kesalahan, dan menerima pengakuan-janjinya untuk tidak melakukan hal yang sama.
Maharani lebih banyak lupa, dan tidak tahu, namun ia selalu memohon agar Tuhan menunjukkan jalan terbaik yang harus ia tempuh.
Maharani meminta maaf.
Maharani berpikir.
Maharani paham.
Maharani tidak mau dianggap bodoh karena tidak mau mencari kebenaran hidup.
Maharani tidak mau dianggap bodoh karena tidak konsisten menjalankan hasil dari apa-apa yang telah ia pikirkan.
Maharani belum siap dijemput,
untuk itu,
Maharani selalu berusaha, dan mesti berusaha
Mulai detik ini, menit ini, jam ini, hari ini, bulan ini, tahun ini, saat ini.
De Mainder
0 comments:
Post a Comment