Sesuatu Tentang Hujan

Saya selalu bersemangat jika harus menulis sesuatu tentang Hujan. Yang mungkin menurut orang, hujan hanyalah cuaca yang agak mengesalkan. Mungkin benci karena becyek dan ga ada ojyek.

Tapi hujan adalah hal yang melankolis bukan?

Semua tempat, bahkan pemakaman sekali pun, akan menjadi istimewa saat hujan turun. Karena suara rintik-rintik air akan mendominasi, orang-orang kehilangan mood untuk ribut, dan yang tersisa hanyalah waktu untuk merenung.

Seorang teman bertanya : Bagaimana dengan hujan di Bandung?

hujan di puncak Bogor
Jawaban saya, indah. Pertama, karena temperatur turun, tidak panas dan pengab seperti biasanya. Langit gelap seperti kumpulan kapas kotor dan angin bertiup lebih kencang. Dari segi suasana, sama seperti tempat lain - saat hujan turun. Hanya saja, di daerah tertentu, seperti di sekitar Juanda dan Dago akan lebih terasa manis kala menikmati hujan. Karena banyak pohon disana. Pengendara motor menepi, jalanan hampir kosong, dan hujan meluncur dari jalanan yang lebih tinggi, masuk ke dalam saluran air. Normal.

Saya teringat sebuah kejadian, ketika masih duduk di semester tiga atau empat. Berdua dengan sahabat saya, Renny, kami baru pulang ketika hujan turun sangat deras. Awalnya gerimis, kami keukeuh menembus jalan agar lekas sampai di rumah, tapi dirasa semakin tidak mungkin karena khawatir jalanan juga semakin licin, kami pun berteduh di sebuah warung nasi kecil di belakang hotel Horison. Hujan yang disertai sedikit badai itu seketika memaksa kami untuk masuk, sekalian karena dipanggil yang punya warung nasi. Karena ga enak berteduh gratis di warung orang, kami pun memesan dua mangkok mie instant. Hitung-hitung daripada nganggur menunggu hujan reda. Rasanya? Te o pe - be ge te lah. Apalagi karena mie instantnya ditambah cabe rawit.

Bandung pun rawan banjir karena drainase kota yang tidak dirancang dengan baik. Khususnya daerah Soetta, Kircon, dan Dakol. Saya pernah naik motor sambil nyeker kayak orang gila bareng Renny (lagi) karena 1/3 badan motor terendam air di depan pabrik Sosro Soetta. Di Kircon, mampuslah mobil-mobil sedan yang sedang melintas disitu kala hujan. Dulu, kalau naik motor dan kehujanan, mana berhenti di depan lampu merah, otak mendadak kompleks. Melirik orang-orang yang adem di dalam mobil, sementara kami yang basah kuyup dan menggigil di luar.

Belakangan cuaca juga tidak menentu, bisa tiba-tiba hujan, lalu panas lagi. November Rain, seperti lagu Gun `n Roses. Dan hujan pula yang membuat saya seumur hidup pengen tinggal di Inggris *mewek.


2 comments:

Tjuandha said...

Saat baca ini, Bandung lagi hujan.
Romantisme itu, ada benarnya.

Unknown said...

Kesendirian dalam hujan membawa perasaan tersendiri. Makanya, saat hujan, seseorang bisa mendadak pujangga. Sihirnya mungkin. :) Thanks Try!

Ran Jiecess

Twitter @Jiecess

About

a freelancer who think she isn't cool enough to be everything yet.