Makanan Mewah

Makanan mahal buat saya bukanlah menu-menu yang ada di restoran kelas menengah keatas. Makanan mahal buat saya bukanlah sepotong daging dengan pengucapan asing yang bikin lidah ngejlimet bacanya. Makanan mahal buat saya bukanlah yang menambah tagihan kartu kredit secara signifikan. Makanan mahal buat saya bukanlah yang berasal dari sumber langka, unik, dan aneh, serta tidak umum dijumpai manusia.

Makanan mahal buat saya adalah masakan rumah, masakan mama atau nenek saya. Mereka bukanlah lulusan cooking academy seperti Farah Quinn, atau terlahir dari lingkungan yang menjunjung cita rasa masakan berkualitas. Mereka hanya perempuan-perempuan biasa, yang memasak menu biasa, untuk hari-hari biasa.

Ikan goreng, sayur bening, sambel terasi, atau seafood sederhana : itulah makanan mahal yang suuuulit sekali saya temukan di Bandung. Bahkan jika saya memiliki budget 500rb untuk mencari salah satu makanan ini di seluruh Bandung, saya tetap pesimis. Kalau budget saya 2juta, lebih baik beli tiket pesawat pulang ke Makassar.

semuanya difoto diatas mesin cuci :D
Di Makassar, bisa dibilang hanya setahun 3x orang rumah menyantap daging-dagingan. Mungkin hanya saat ada acara atau perayaan Idul Adha. Sisanya di meja makan, kurang lebih inilah yang kami jumpai setiap hari. Bahkan makanan cepat saji seperti nugget, sosis, bahkan ayam potong, masih bisa dihitung jari. Sungguh tidak terbiasa.

Hari ini mama saya membeli sekilo kerang di pasar. Rasanya begitu gembira ketika melihat kerang-kerang itu merekah di panci saat direbus. TIPS : saat memasak kerang, jangan dulu masukin garam. Tunggu sampai cangkangnya terbuka, bakalan lebih cepat matang ketimbang garamnya diduluin. Saking bahagianya, tidak bisa menahan diri mengambil kamera dan  memotretnya satu satu. Saya belum pernah menyantap kerang dengan hati sesenang ini. Sampai dibilang norak oleh Mama, "Ya ampun.. kerang gitu aja difoto..".

ini yang bikin kangen rumah :(
Peduli amat. Beliau tidak tahu bahwa saat homesick datang, rasanya sungguh menyiksa. Kerang, cumi-cumi, kepiting, atau ikan laut segar sangat langka di Bandung. Kalaupun ada, lidah saya tidak familiar dengan cara memasaknya. Di rumah kami hanya menggunakan dua bahan sederhana hampir untuk semua masakan : ASAM & GARAM! Sisanya hanya tambahan, seperti kunyit bubuk, atau rempah-rempah lainnya.

Saya bersyukur dibesarkan di daerah tepi pantai, bukannya di gunung. Cakalang goreng adalah salah satu favorit saya, melebihi rasa suka saya terhadap pizza atau kebab. Cumi-cumi tinta seringkali lebih nikmat ketimbang sushi.

Tapi sekarang kayaknya lagi pengen mie ramen T.T
 

2 comments:

F I T T said...

kaaak ran, plis kirimin ikan gorengnya kesini, huhu. dibesarkan di tepi pantai memang suatu keberuntungan :')

Unknown said...

bolehhh :D tapi yang sudah dingin rasanya nda seenak yang baru digoreng nah dek.. kunikmati dulu, balik ke Bandung baru bersedih lagi.

Hidup anak pantai! *tapi nda bisa berenang =_="

Ran Jiecess

Twitter @Jiecess

About

a freelancer who think she isn't cool enough to be everything yet.