Baran

Baran (2001) adalah salah satu film yang menyajikan kisah romansa secara berbeda.

Gw paling eneg dengan cerita cinta yang itu-itu melulu. Kalo khas sinetron sekarang, si cewek pasti miskin, si cowok pasti pengusaha muda, kaya dan sukses. Si pemain, walaupun umurnya rata-rata masih muda banget, tapi udah meranin cewek beranak semua.

Itukah potret asli sebagian besar perempuan Indonesia saat ini???

Beda lagi kalo nonton film india jaman dulu. Si cewek yang jadi keturunan kaya raya, rumah megah bak istana. Si cowok cuma pedagang asongan di terminal bus yang udah butek. Cinta gak direstui, sampe manggil-manggil Tuan Inspektur segala..

Kalo telenovela??? Nah, ini mah hampir sama sinetron. Si cewek nih pasti miskin, tapi usut punya usul, nih cewek nasibnya apes banget gara-gara si cowok, alias dituker pas masih bayi. Orang kaya mutlak pengen punya anak cowok, ntar gede dijodohin dahhhhhhhh... nih cowok paling doyan naek kuda, jalan-jalan ke desa, ketemu dah penjual bunga yang gak lain adalah si bayi cewek yang ketuker tadi.... 

Film barat??? Nah, ini yang banyak orang suka. Kalo cinta ga direstuin mah, kawin lari aja.. Bodo amat ama orang tua. Ntar kalo ada kesempatan (banyak kesempatan sebenarnya) ya, awalnya cuma liat-liatan doang.. ntar ujung-ujungnya adegan malah makin panas. hahahaaaaaaaa.. ya takut dosa ga disaranin nonton film2 ini.

Kembali ke Baran....

Nah, kisah ini bermula di sebuah mega proyek pembangunan di Iran. Pada saat itu, banyak sekali pengungsi Afghanistan yang ikut mencari pekerjaan disana, karena takdir membawa mereka jauh dari desa kelahirannya, ya pendeknya akibat - Perang.

Tapi keberadaan para pengungsi ini adalah sesuatu yang ilegal, namun Memar, seorang Iran berhasil mempekerjakan para lelaki Afghanistan secara diam-diam karena ia masih memiliki perasaan terhadap kelangsungan hidup keluarga lelaki-lelaki itu.

Ada seorang anak Iran yang bernama Lateef yang ikut bekerja kepada Memar sebagai pembuat teh dan penyedia konsumsi bagi para pekerja. Ya, namanya aja bocah laki-laki disuruh ngurusin dapur, para pekerja ini sering mengeluh. Katanya teh buatan Lateef seperti air bekas bilasan piring kotor. Belum lagi tempramen Lateef yang labil, membuatnya sering terlibat masalah dengan pekerja lain.

Hingga suatu hari, datanglah Soltan, salah satu pekerja, membawa anak dari pekerja bernama Najaf yang terjatuh dari lantai dua hingga kakinya patah. Nama anak itu adalah Rahmat, untuk menggantikan pekerjaan ayahnya demi menghidupi keluarga mereka. Namun Rahmat memiliki fisik lemah, dan oleh Memar ia disuruh menggantikan posisi Lateef sebagai penyedia konsumsi. Para pekerja pun merasa sangat senang karena teh dan pelayanan Rahmat lah yang pantas dianggap layak.

Lateef sangat dendam kepada Rahmat. Ia dianggap penganggu, dan tidak jarang Lateef mengusili Rahmat. Bagi Lateef, teh buatan Rahmat haram untuk diminum olehnya.

Namun suatu hari, Lateef tidak sengaja mendapati Rahmat sedang menyisir rambut di dapur. Disitu barulah ia sadar, kalau Rahmat adalah seorang gadis tulen.

Nah,...... disinilah perjuangan Lateef  yang berbalik arah untuk mendapatkan cinta Rahmat, yang ternyata nama aslinya adalah Baran. Akan ada banyak adegan yang memancing emosi kita, mulai dari tingkah Lateef sebagai pemuda yang jatuh cinta. Atau air matanya yang jatuh melihat penderitaan Baran bekerja keras demi adik-adiknya.

 Dan disitu pula kita melihat bahwa cinta tak selamanya diukur dengan hubungan fisik semata, melainkan ketulusan dan usaha masing-masing pihak. Baran is amazing!

0 comments:

Ran Jiecess

Twitter @Jiecess

About

a freelancer who think she isn't cool enough to be everything yet.