Saat semuanya terungkap lewat kata, hanya
lewat kata. Seseorang yang melukisku dalam manisnya prosa. Mengamatiku seperti
drama, sang pelakon dan penulis skenarionya.
Kau.
Matamu memandangku lama, mencoba menyelam
dalam, menembus dimensi ruang dan waktu, hanya untuk diam dan berdua dalam
menit yang telah Tuhan ciptakan.
hongkiat.com//andywon |
…
Biarkan
angin menyanyi untuk kita.
Dengarkan,
dengarlah, desiran itu benar-benar bernada.
Katamu lalu memainkan jemari di udara
seperti seorang konduktor orkestra klasik.
Aku tersenyum mengikuti khayalan yang sibuk itu. Sekonyong-konyong dalam
kepalaku terlintas sebuah alunan tanpa lirik, bercampur dengan deru alam yang
sedang memanjatkan doa.
Setelah kututup mata, tampaklah sosok kita
dari atas sana. Berbaring diatas bentangan ilalang yang putih. Salju turun,
walau hanya dalam pikiranku saja. Bukankah kau yang mengajariku bermimpi?
Barisan awan tak teratur bergerak
memayungi kita, bergantian. Dingin yang masuk ke paru-paruku membuatnya sedikit
ribut. Kau menoleh, aku masih terpejam. Tanpa perlu melihat, aku tahu kau ada
disana. Maka kepalaku bersandar, gandeng lenganmu dalam tidur.
…
Dan berapa lama? Berapa lama sudah aku
terlelap?
Hanya ada aku dan kekosongan.
Sementara kau telah larut dalam bayangan
yang tak pernah aku mengerti.
0 comments:
Post a Comment