Ketika jari-jari kurusnya menari, bergerak seirama dengan nada yang tercipta dalam kepala.
Di saat yang sama, urat-urat menegang, lalu mengerut, menegang lagi.
Garis-garis halus yang membentang sepanjang telapak tangan, mereka telah bercerita.
Sidik yang melingkar tak persis satu sama lain, akan ada disana hingga akhir hidup.
Membayangkan permukaan dinding yang kasar
Atau memainkan tuts piano, atau hanya merasakan kehampaan.
Apa yang dipikirkan Tuhan ketika Menciptakannya?
Tangan ini, kulit ini, rambut ini, nyawa ini...
Detak jantung, denyut nadi, kelopak mata yang berkedip...
Sungguh detail-detail diluar kekuasaan kita.
Maka dari itu, kenapa kita mau sombong?
Apa yang patut kita banggakan?
Dan kenapa kita tidak bisa menjadi orang yang bersyukur?
Tanya kenapa...
0 comments:
Post a Comment