Setiap tahun kita merayakan Idul Adha seperti layaknya kemeriahan Idul Fitri. Tahun ini, sama seperti tahun kemarin, saya tidak bisa pulang. Kalau dulu, karena sibuk Tugas Akhir, kalau sekarang, sibuk dikejar deadline proyek. Aktifitas full selama beberapa hari belakangan membuat badan saya lemas. Apalagi ketika saya dengan bodohnya tidak bangun sahur untuk puasa Arafah (teledor, kebablasan). Salah saya sendiri...
Tapi ada yang berbeda dengan Idul Adha tahun ini : saya iri sekali melihat para jemaah haji yang bergembira di Tanah Suci. Terbersit di hati, kapan saya bisa melaksanakan ibadah serupa? Dan perasaan itu semakin menggebu-gebu karena telah saya rasakan kerinduan akan harumnya mencium Hajar Aswad. Telah saya lalui nikmatnya mendengar kumandang adzan dari speaker Mesjidil Haram dan Mesjid Nabawi, lantas bahagianya bisa menunaikan sholat berjamaah disana. Sekarang, yang saya temukan adalah rasa kehilangan yang amat sangat, seolah-olah saya besar disana selama bertahun-tahun. Alhamdulillah.
Kuduk saya meremang menyaksikan jutaan orang yang memadati dua tanah kebesaran umat Islam tersebut. Mulai dari Madinah ke Mekkah, Padang Arafah, Mina, hingga ke Ka`bah. Subhanallah Ya Allah, izinkan hamba menjadi salah satu pengunjung di musim haji berikutnya. Walau hanya bisa merayakan Idul Qurban di Indonesia, setidaknya saya tidak kesepian. Terutama harus belajar memaknai hari besok sebagai proyeksi cara untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Insha Allah.
Tiba-tiba saya teringat sebuah film produksi Prancis, "Le Grand Voyage". Tontonlah kalau sempat.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Ran Jiecess
Twitter @Jiecess
About
a freelancer who think she isn't cool enough to be everything yet.
0 comments:
Post a Comment