- Jurusan saya agak jarang, yakni Desain Komunikasi Visual. Jadi dari 20 daftar beasiswa yang tersedia, biasanya cuma satu yang berhubungan dengan jurusan itu. Lebih sering tidak ada.
- Mereka menawarkan Financial Aid. Tapi untuk itu, kita lebih dulu harus diterima sebagai murid disana. FA ini bisanya diakses yang udah jelas sekolah dan ngambil program. Lah, kesananya aja belum pasti.. huhuhu
- Ternyata ada, mereka meminta kita membuat proyek yang berhubungan dengan tema mereka tahun ini.
- Deadline sudah lewat.
- Atau saya yang masih tergolong malas.
Sungguh, deretan paragraf itu membuat perut saya mual. Belum lagi kalau yang digunakan itu bahasa Jerman, atau Prancis, atau Itali. Cukup 3 jam, saya menyerah. Kadangkala ingin benar-benar menyerah. Tapi ada suara misterius yang mendorong saya agar lebih gigih. Mencari beasiswa, siapa yang bilang gampang?
Saya biasanya penasaran, angin apa yang mendorong saya dari dulu ingin sekali bersekolah di Luar Negeri. Ya, kita tahu mereka sangat expert dalam urusan pendidikan. Namun, prosedur yang ngejlimet minta ampun tampak mentertawakan atas "ketidakmampuan" saya untuk memahami dengan cepat, apa yang mereka inginkan dari calon penerima beasiswa.
***
Saya bukan borjuis, teman. Bukan pula terlahir dari keluarga yang bolak-balik luar negeri dengan gampangnya. Ayah saya bukan Profesor, ibu saya apalagi. Tapi poinnya bukan tingkat ekonomi, sebenarnya. Tapi karena menjadi seorang newbie disini, saya harus melakukan segalanya sendirian dalam kondisi serba tidak tahu. Saya adalah lulusan desain pertama di lingkungan tempat saya tinggal. Juga menjadi perempuan lulusan dari Jawa pertama disana. Dan sekarang ingin menjadi perempuan pertama yang akan bersekolah master di luar Indonesia dari keluarga dan kerabat. Mana mau dibilang pintar, saya ga. Mau dibilang banyak duit, juga ga. Mungkin takdir, keberuntungan dan kegigihan yang bisa mengantarkan saya kesana.
Indah bukan? Mungkin bagi orang lain, hal ini biasa. Biarlah... *elus-elus dada
Maka dari itu, biarlah ketidakmudahan saya mengakses pendidikan LN menjadi cambuk di muka.
Ya, persis di muka.
2 comments:
Kak Ran harus SEMANGAT! PASTI BISA! banyak mmng prosedurnya kak, but believe me, you're not the only one who are struggling. *kirim sejuta cinta dan semangat buat kak ran*
huaaaaaa, fitttt... T.T *hug
nanti namamu kusebut kalo berhasil ka` wisuda S2 (diterima saja belum..)
terima kasih atas paket sejutanya. untung bukan sejuta mawar :P iklan dong.. hhehehe
Post a Comment