Kucing Pembawa Petaka

Namanya cobaan, ada-ada saja bentuknya. Tinggal di rumah kontrakan, yang si pemilik sama sekali ga care terhadap kelangsungan hidup si pengontrak, dengan tidak menyediakan opsi perbaikan rumah atau alternatif lainnya, membuat kami bingung.

Rumah ini cukup lama, konstruksinya dari kayu yang akan bergetar jika kereta api lewat, tapi mungkin disitulah nilai plusnya, karena pondasi yang fleksibel itu menjadikan rumah ini (mungkin) tahan gempa. Tapi, masalah bukan hanya disitu. Selain kami, banyak sekali penghuni rumah yang lain, yang sayangnya tidak diharapkan oleh siapapun : tikus.

Banyak tikus di rumah, terjadi karena beberapa faktor. Selain banyak barang, halaman di belakang rumah itu penuh dengan lobang tikus, yang sayangnya tidak bisa dicegah karena layaknya pribahasa gali lobang tutup lobang, ketika lobang yang satu ditutup, mereka bikin lobang yang lain lagi. Dan saya yakin, dibawah tanah itu sudah dibangun hotel tikus, berdoa saja semoga permukaan tanahnya tidak runtuh. Mau disemen, bukan rumah sendiri. Serba salah..

Suatu ketika, kucing tetangga datang, dan mengendus-endus sesuatu. Beberapa kali seperti itu, sampai kemudian kami baru "ngeh" kalo si kucing nyariin tikus. Ada saat ketika saya harus ngeliat si curut ditikam kucing sampe mencicit, ngeliatnya sih ga tega, tapi rasa jengkel kalo mereka lalu lalang bahkan di depan kita saat nonton, bikin saya gerah. 

Nah, dari situ si kucing jadi pengunjung tidak tetap di rumah. Dan sedikit ada perkembangan, tikus di rumah berkurang. Lagipula dari dulu emang pengen melihara kucing, jadi ya sudahlah. Kucing itu bebas masuk keluar rumah, bahkan sering tidur di ranjang kamar sebelah. Sayangnya kelihatan bersih belum tentu ga ada penyakitnya.

lagi bobok siang, aseeeekkk.....

Satu kebiasaan si kucing, kalo ketemu saya pasti mengelus-ngeluskan badannya di kaki, seperti kucing jablai. Awalnya ga masalah, ya namanya di rumah juga ga ada temen, begitulah.. Saya mulai berteman dengan kucing, ga jarang dia ikutan kerja tugas. Dan saya ga pernah nyadar kalau suatu hari akan menderita akibat ulah si kucing ini.

***

Dua bulan kemudian, saya sakit typhus selama seminggu. Oh, bukan gara-gara kucing itu. Tapi katanya kecapean. Entahlah, capek gara-gara apa. Mungkin karena begadang ngerjain TA. Setelah masa penyembuhan selama seminggu, datanglah penyakit ini : Bentol-bentol di badan.

Awalnya saya pikir alergi, kebetulan dua hari sebelumnya saya makan telur dan daging ayam berturut-turut. Muncul bentol-bentol merah di tangan, yang di tengahnya itu ada sebuah bintik kecil berair. Gatal sekali. Lengan saya jadinya ga karuan, jendul sana-sini.

Tapi keesokan harinya bentol-bentol itu bertambah dua kali lipat, di kaki, di paha, dan satu fakta yang harus saya terima : kalau malam, ya Allah.. Gatalnya bukan main. Saya ga bisa ga menggaruk, bahkan saking frustasinya pengen nangis karena tengah malam terbangun karena gatal-gatal itu kambuh. Mana bekas garukan itu menghitam, ih.. malunya.

Beberapa hari saya akhirnya ga tahan dengan diagnosa alergi atau darah kotor atau bahkan akibat cuaca itu, saya ke dokter. Dan lumayan bengong ketika Pak Dokter bertanya, "Melihara kucing di rumah?"

"Kerasa ada yang ngomongin gw nih"

Ternyata saya digigit kutu kucing, ato bahasa kerennya Scabies (tapi penyakitnya ga ada keren-kerennya sama sekali). Pantesan saya sering ngeliat serangga item lompat-lompat di kamar. Tapi serangga itu mirip jelangkung, datang ga dijemput pulang ga dianter. Tiba-tiba nemplok di tangan, pas pengen ditangkep, malah loncat dan ilang.

Saya dikasih salep, obat gatel, dan sabun ijo yang baunya minta ampun ga enak. Ya sudahlah, pengen sembuh mana ada cara yang asik, kecuali bahwa saya harus mandi dua hari sekali pake air anget (seneng sih yang ini). Tapi mandi air anget bikin kulit saya kering dan keriput seperti nenek-nenek. Mana ga boleh pake lotion karena bekas luka saya takutnya kena bahan kimia dari pelembab itu. Bahkan karpet di kamar (mungkin ini salah satu tempat kongkow tu kutu kampret) langsung saya ganti dengan tikar karet supaya mudah dibersihkan.

Beberapa hari kemudian, ada sedikit perubahan. Bentol-bentol itu agak reda, tapi memerah dan berwarna seperti memar. Cuman anehnya, beberapa bentol baru masih berdatangan. Malah udah ada yang nangkring di tengkuk. Puncaknya terasa siang tadi. Kayak kerasukan tangan saya ngegaruk lengan dan kaki saking tersiksanya. Udah seminggu seperti ini, dan jeleknya kalo malem ya itu.. Jadi kurang tidur gara-gara bangun ngegaruk. 

Alamaaaaaaaak.. menderitanya diri ini. Besok mau bedah kamar lagi..

to be continued..