Waktu kian bergulir, dunia kian tua, dan umur kita kian berkurang. Telah banyak hal yang kita lalui, tetapi semakin banyakkah yang telah kita pelajari?
Jawabannya adalah jangan pernah puas dengan apa yang kita miliki.
Apa yang kita miliki???
Bukan harta, bukan uang, bukan materi, bukan segalanya yang berwujud konkret, bahkan tubuh kita beserta organ2nya, yang paling detail sekali pun. Semua itu adalah milik Tuhan yang bisa Ia ambil kembali sewaktu-waktu. Sekarang tergantung kita siap atau tidak.
Yang kita miliki hanyalah pikiran dan perasaan. Itulah yang akan kita bawa hingga maut menemui kita.
Pikiran akan membawa kita melakukan sesuatu, memberikan pertimbangan secara logika, menjelaskan kenapa hal tersebut secara baik dan buruknya. Pikiran akan membentuk watak kita, bagaimana kita akan menjalankan hubungan dengan Tuhan, sesama manusia, maupun makhluk lain yang hidup brdampingan dengan kita di dunia ini.
Namun perasaan akan selalu membawa kita dalam kebenaran. Yang disebut dengan hati nurani. Ia akan mengajak, mendorong, menganjurkan, melarang, dan membatasi tingkah laku kita. Ia yang membawa kita menyelami hal2 yang tidak bisa dijelaskan dengan akal sehat.
Sekarang tergantung, kita mau mengikuti kata hati atau tidak.
Orang yang memiliki kepekaan hati adalah orang2 yang tulus. Kepekaan hati bukan hanya masalah cinta, walaupun cinta itu luas. Tapi kepekaan hati juga meliputi sesuatu yang hanya dimiliki manusia, secara baik dan sempurna diwariskan oleh Allah SWT. Itulah sisi manusiawi, rasa sosialisme, solidaritas kepada sesama mahluk hidup, dan respon terhadap masalah2 yang banyak terjadi.
Kepekaan tidak perlu diukur dengan seberapa banyak air mata yang keluar untuk sebuah kebahagiaan, atau menangisi kesedihan dan duka cita. Bukan pula kemampuan bak seorang pujangga melantunkan syair2 penuh romantisme terhadap lawan jenis.
Tapi menurut saya, kepekaan anda adalah kemampuan ada dalam memposisikan diri sebagai sisi lain, baik secara personal, menjadi orang lain dalam pribadi yang berbeda, waktu, dan tempat yang berbeda saat MENGALAMI SUATU MASALAH atau peristiwa.
Masalah tidak identik dengan penderitaan. Kemenangan merupakan sebuah permasalahan, kegembiraan juga adalah masalah, dan masalah itu sendiri adalah masalah.
Setiap kali melihat orang lain yang nasibnya kurang, bahkan bisa dibilang tidak beruntung, baik itu dilihat dari segi ekonomi, interaksi, mental, kesempurnaan fisik, dll - saya merasa seperti orang yang paling tidak tahu diri. Saya banyak mengeluh, padahal yang saya lakukan cukup membuka mata saya lebar2 dan menyadari bahwa banyak sekali orang yang keadaannya lebih buruk dan problematika yang mereka hadapi lebih rumit.
0 comments:
Post a Comment